Kota sawahlunto merupakan salah satu kota di provinsi sumatera barat. Kota yang terletak 95km dari kota Padang merupakan kota tambang, yang dimulai dengan ditemukannya cadangan batu bara pada pertengahan abad ke-19 oleh geolog Belanda bernama William Hendrik De Greve. Penemuan de Greve dilaporkan kepada pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1871. Kemudian ditindaklanjuti oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1 Desember 1888 dengan membangun fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk mengeksploitasi batu bara di Sawahlunto. Sehingga 1 Desember kemudian dijadikan sebagai Hari Jadi Kota Sawahlunto atau bisa dinamakan juga sama hari ulangtahun kota sawahlunto :D
Penambangan batu bara mulai dikerjakan Belanda tahun 1880 di lapangan Sungai Durian. Tahun 1892, produksi perdana batu bara Sawahlunto mencapai 48.000 ton. Pengangkutan batu bara ketika itu menggunakan kereta api. Hingga kini penambangan batu bara masih tetap ada di Sawahlunto. Selain penambangan oleh PT Bukit Asam, penambangan batu bara dalam skala rakyat ditemui di luar pusat kota.
Kejayaan tambang batu bara zaman Belanda masih tersisa dalam sejumlah bangunan, seperti silo. Silo berbentuk tiga silinder besar yang berfungsi sebagai penimbun batu bara yang telah dibersihkan dan siap diangkut ke Pelabuhan Teluk Bayur. Silo masih berdiri kokoh di tengah kota ini kendati tidak berfungsi apa-apa selain sebagai monumen yang mengingatkan kejayaan batu bara di Sawahlunto ketika itu.Untuk memudahkan pengangkutan batu bara keluar dari kota Sawahlunto menuju kota Padang, pemerintah Hindia-Belanda membangun jalur kereta api dengan biaya 17 juta Gulden. Sebelumnya pada tahun 1888, jalur kereta api beroperasi hanya sampai ke Muara Kalaban dan kemudian baru mencapai kota Sawahlunto pada tahun 1894. Pada tahun 1918, kota Sawahlunto telah dikategorikan sebagai Gemeentelijk Ressort atau Gemeente atas keberhasilan kegiatan pertambangannya. Adanya angkutan kereta api juga mendorong produksi pertambangan batu bara, dimana pada tahun 1920 produksi batu bara dari hanya puluhan ribu ton menjadi ratusan ribu ton per tahun. Sehingga sampai pada tahun 1930, kota ini telah berpenduduk sebanyak 43.576 jiwa, di antaranya 564 jiwa adalah orang Belanda (Eropa).
Penduduk kota Sawahlunto saat ini didominasi oleh kelompok etnik Minangkabau dan Jawa. Etnik lain yang juga menjadi penghuni adalah Tionghoa dan Batak. Sejak dijadikannya Sawahlunto sebagai kota tambang batu bara atau sejak didirikannya kota ini pada abad ke-19, pemerintah Hindia-Belanda mulai mengirim narapidana dari berbagai penjara di Indonesia ke kota Sawahlunto sebagai pekerja paksa, sehingga sekitar 20.000 narapidana telah dikapalkan ke Sawahlunto. Pekerja paksa inilah yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Orang Rantai. *Oiya gue juga mau berbagi cerita waktu gue kelas tujuh kawan skelas gue pernah ngeliat orang rantai waktu dia mau pulang kerumahnya :o
ini gue dapat bbrapa foto Sawahlunto dari mbah google :D
baguskan kotanya :D
itu lap. sepakbola. banyak kenangan gue dilapangan itu, wkwk
ini gedung pusat kebudayaan a.k.a GPK waktu senja, bagus kaan :D
sampai disini dulu yaa ceritanya, kalau ada waktu gue lanjutin lagi tentang kota sawahlunto :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar